Pengertian Ilmu Tauhid: Dalil, Pembagian, Posisi Tauhid

Berdakwah.com, Pengertian ilmu tauhid dengan tauhid memiliki perbedaan, meskipun keduanya sama-sama membahas keesaan Tuhan. Kedua kata tersebut antara tauhid dan ilmu tauhid harus dibedakan karena ada kata dasal ilmu, di mana sebuah ketauhidan yang telah menjadi perbincangan ilmu. Untuk mengetahui lebih lanjut, akan dijelaskan di bawah ini:

Pengertian Tauhid

Tauhid secara bahasa memiliki makna keesaan, dalam artian Tuhan kita, Allah Ta’ala memiliki sifat yang esa, tunggal, dan tiada sandingannya. Kita sering mendengar orang-orang mentauhidkan, berarti mereka mengesakan Tuhan. Meyakini bahwa Tuhan itu hanya satu, tunggal, dan tiada yang menyamainya.

Menurut beberapa tokoh Islam, seperti Muhammad Abduh asal kata tauhid adalah meyakinkan bahwa Allah itu satu, sedangkan menurut akar kata tauhid, yang berasal dari kata masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu yang artinya menjadikan sesuatu jadi satu saja. Sedangkan Syaiikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menambahkan bahwa makna ini akan menjadi lebih sempurna jika dapat ditambahkan untuk menafikkan segala sesuatu. Sehingga tiada sesuatu yang lain lagi selain Allah sebagai Tuhan.

Tauhid adalah mengesakan Allah lalu meyakini bahwa tiada yang serupa dengannya, merupakan konsep akidah Islam. Tidak hanya meyakini tiada yang serupa dengannya dalam hal dzat (bentuk) nya saja, melainkan dalam hal sifat makhluk-makhluknya. Ialah khalik (Tuhan) yang tidak bisa diserupkan dengan makhluk apapun di semesta alam ini. Karena kesemuanya itu adalah ciptaan Allah yang mana Allah sudah ada jauh sebelum benda di bumi di langit dan semesta alam diciptakan.

Posisi Tauhid Dalam Islam

Islam tidak bisa dijauhkan dari persoalan ketauhidan. Kareana tauhid adalah bentuk keyakinan terhadap Tuhan-Nya orang Islam. Sehinnga setiap umat Islam diharuskan meyakini terlebih dahulu, bahwa Allah itu satu. Seperti ketika orang-orang yang baru diikrar masuk Islam harus mengucapkan kalimat dua syahadat. Ini membuktikan bahwa untuk menjadi muslim yang sejatih, tauhid adalah nomor satu. Baru bisa menjalankan kewajiban yang lain.

Lalu mengapa diharuskan juga untuk meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Agama yang diberikan nama Islam secara terang-terangan adalah agam Nabi Muhammad.

Agama Islam berada pada periode terakhir kenabian. Nabi Muhammad sebagai pembawa agama ini harus diyakini oleh umatnya, karena semua yang risalah disampaikan oleh-Nya. Baik itu di dalam Al-Quran sebagai mu’jizatnya, atau di dalam hadist nabi, baik hadist Qudsi maupun hadist dari perkataan beliau. (Baca Juga: Pengertian Hadits)

Dengan meyakini Nabi Muhammad adalah utusan Allah, segala pengajaran yang diberikan oleh Nabi Muhammad harus dilaksanakan. Begitulah dalam Islam. Meyakini Allah, berarti harus meyakini Nabi pembawa risalahnya. Karena itu ikrar dua syahadat berada di nomor satu, pada rukun Islam.

Dalil Qur’an Tentang Tauhid

…dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):sembahlah Allah saja, dan jauhilah Thaghut itu. (QS. An-Nahl 16:36)

padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang maha esa; tidakl ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dati apa yang mereka persekutukan. (At-Taubah 9:31).

maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah hanya kepunyaan Allah lah agama yang bersih (dari syirik). (Az-Zumar 39:2-3).

padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus. (Al-Bayyinah 98:5).

Pengertian Ilmu Tauhid

Ilmu tauhid, menurut Imam Al-Ghazali di dalam kitabnya Al-iqtishad fi al-I’tiqad menjelaskan bahwa ilmu kalam atau ilmu tauhid ini merupakan ilmu yang mempelajari tentang ketuhanan, lalu sifat-sifat serta perbuatan-Nya sekaligus membahas tentang kebenaran para utusannya. Ilmu ini juga bisa disebut dengan ilmu akidah, karena di dalamnya membahas tentang keyakinan kepada Allah.

Di dalam penjelasan yang disebutkan oleh Imam Al-Ghazali, bahwa ilmu akidah yang benar adalah akidah yang dapat menghantarkan seseorang memiliki prilaku yang moderat dalam kayakinannya, tidak terlalu fanatik atau ekstrim, juga tidak terlalu berlebihan.

Menurut yang dijelaskan di dalam Islam pada zaman Nabi Muhammad masih hidup, bahwa Islam yang benar adalah sesuai dengan Ahlussunnah. Namun karena Allah sudah menetapkan akan ada suatu masa aliran di dalam Islam menjadi semakin banyak, maka kesemua aliran menganggap bahwa aliran yang mereka ikuti adalah mengedepankan kata Ahlussunnah Wal Jama’ah. Mereka menganggap apa yang diikutinya adalah golongan Ahlussunnah.

Pembagian Tauhid

Dalam pembagian tauhid ada 3 macam yaitu tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah atau ibadah, dan tauhid asma wasifat. Berikut penjelasan masing-masing pembagian tauhid yang bisa anda pelajari:

Tauhid Rububiyah

Tauhid Rububiyah Adalah tauhid yang memiliki arti percaya bahwa Allah yang mengatur segalanya. Meraka juga percaya semua yang ada di dunia ini adalah ciptaan Allah. Tuhan yang mengatur segalanya, baik memberikan rezeki, makan, hidup, serta memberikan manfaat, menolak mudharat dan lain sebagainya.

Seperti di dalam Al-Quran yang menjelaskan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. (QS. Az-Zumar 39:62)

Tauhid Uluhiyah / Ibadah

Tauhid uluhiyah adalah percaya bahwa tiada Tuhan selain Allah. Tauhid ini merupakan bentuk hasil dari Tauhid Rububiyah. Yaitu akibat dari percaya bahwa segala sesuatu itu yang mengatur adalah Allah, dan percaya sepenuhnya bahwa Allah yang memberikan rezeki, maka Tauhid Uluhiyahnya adalah percaya bahwa Allah itu esa. Allah adalah Tuhan yang tiada tandingan dan sandingannya.

Di dalam Al-Quran Surat Ali Imran 3:18, “Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang maha perkasa lagi Maha bijaksana.”

Dalam Tauhid Uluhiyah, setelah meyakini bahwa Allah itu satu, konsekuensinya adalah adanya bukti bahwa kita beriman, bisa dengan salat wajib, puasa, doa, taubat, nadzar dam lain sebagainya.

Maksudnya adalah, tauhid ini merupakan percaya bahwa Allah itu adalah Tuhan dengan memberikan bukti misalnya salat dan lain sebagainya. Berbeda dengan Rububiyyah, yang mengatakan bahwa Allah itu ada Tuhan, dengan bukti Allah yang memberikan rezeki, dan mengatur segala alam semesta.

Tauhid Asma Wasifat

Tauhid ini memiliki arti mengimani bahwa Allah itu memiliki nama-nama yang baik, dan sifat yang baik. Seperti yang disebutkan di dalam Asma’ul Husna yang artinya nama-nama yang baik. Jumlah Asma’ul Husna ada 99 nama. Dari jumlah nama-nama tersebut, Allah memiliki kesemua sifat sesuai dengan namanya. Seperti yang dikatakan oleh Imam Syafi’i:

Aku beriman kepada Allah dan apa-apa yang datang dari Allah dan sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Allah. Aku beriman kepada Rasulullah dan apa-apa yang datang Rasulullah sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Rasulullah.

Dengan demikian, Tauhid secara keseluruhan adalah sutau kepercayaan kepada Allah bahwa hanya Allah lah yang patut disembah. Dengan percaya bahwa Allah itu bersifat sesuai dengan Tauhid Rubbubiyyah. Yaitu yang memberikan segala sesuatu. Kemudian karena Allah tiada tandingan dan tiada sandingannya. Segala sesuatu, yang mengatur adalah Allah, baik itu berupa pemberian rezeki, makanan, dan sebagainya. Sedangkan Tauhid Uluhiyah, bentuk dari percaya kepada Allah maka kita pun melaksanakan salat lima waktu, dan melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang. Baca Juga: Pengertian Hadits Mutawatir.

Tinggalkan komentar